Kini aku kaya.Dan lalu, ibu, untukmu aku beli juga gunung
bakal kuburanmu nanti.”Tidak. Ini bukan kalimat anak kepada ibunya.
Tetapi lalu bagaimana sang anak akan menerangkan kepada ibunyatentang kedudukannya sebagai tiran, koruptor, hama hutan, dan tikus sawah?
Apakah sang tiran akan menyebut dirinya sebagai pemimpin revolusi?Koruptor dan antek modal asing akan menamakan dirinya sebagai pahlawan pembangunan?
Dan hama hutan serta tikus sawah akan menganggap dirinya sebagai petani teladan?Tetapi lalu bagaimana sinar pandang mata ibunya?
Mungkinkah seorang ibu akan berkata:“Nak, jangan lupa bawa jaketmu.Jagalah dadamu terhadap hawa malam.Seorang wartawan memerlukan kekuatan badan.
O, ya, kalau nanti dapat amplop,tolong belikan aku udang goreng.”
Ibu, kini aku makin mengerti nilaimu.Kamu adalah tugu kehidupanku,
yang tidak dibikin-bikin dan hambar seperti Monas dan Taman Mini.Kamu adalah Indonesia Raya.
Editor : Saridal MaijarSumber : 131361