Waspada Sirup beracun! Inilah 5 Alasan Kemenkes Larang Penjualan Sirup Parasetamol yang Memiliki Kandungan Zat Dietilen dan Etilen Glikol

×

Waspada Sirup beracun! Inilah 5 Alasan Kemenkes Larang Penjualan Sirup Parasetamol yang Memiliki Kandungan Zat Dietilen dan Etilen Glikol

Bagikan berita
Waspada Sirup beracun! Inilah 5 Alasan Kemenkes Larang Penjualan Sirup Parasetamol yang Memiliki Kandungan Zat Dietilen dan Etilen Glikol
(ilustrasi)
Waspada Sirup beracun! Inilah 5 Alasan Kemenkes Larang Penjualan Sirup Parasetamol yang Memiliki Kandungan Zat Dietilen dan Etilen Glikol (ilustrasi)

Ada banyak jenis tambahan obat lain seperti disintegran (supaya tablet hancur di lambung), lubriken (supaya tablet dapat dikempa pada proses produksi), dan lain sebagainya, namun dalam kasus ini kita akan berfokus pada bahan tambahan yang relevan saja: gliserin.

Gliserin atau gliserol digunakan pada sirup untuk dua fungsi utama.Satu sebagai pemanis (karena rasanya manis) dan kedua untuk meningkatkan sensasi rasa lembut pada saat meminum obat batuk.

Jika anda pernah minum obat batuk dan merasa kerongkongan anda kemudian seperti terlapisi cairan dan rasanya nyaman, sebagian dari efek tersebut dikarenakan oleh sifat gliserin tadi.Sayangnya gliserin ini seringkali terkontaminasi oleh EG/DEG. Bahkan FDA (BPOM USA) memiliki panduan tersendiri Testing of Glycerine for Diethylene Glycol.

4. Mengenal alur produksi dan distribusi obat dan bahan baku obatMau tidak mau, suka tidak suka, yang namanya produk yang diperdagangkan pasti akan terikat dengan kepentingan finansial.

Uang ternyata menjadi motif serta alasan kontaminasi DEG/EG pada gliserin. Tentu saja terdapat beberapa aspek lain seperti keteledoran pabrikan, lemahnya kontrol regulator, dan tidak adanya produk hukum yang tidak bisa dinafikan begitu saja.Namun kenyataannya uang tetaplah menjadi alasan utama karena jika kita menelusuri kembali dari tragedi yang terjadi di Gambia, DEG/EG digunakan secara sengaja karena harganya lebih murah daripada gliserin.

Apa yang menyebabkan tes DEG yang dilakukan oleh FDA masih bisa mengalami kecolongan?Industri obat di sebagian besar negara, termasuk di indonesia, merupakan industri obat hilir.

Artinya mereka memesan bahan baku obat dari luar negeri kemudian memproduksi obat jadi di dalam negeri dan industri obat hilir sangat tergantung dari ketersediaan bahan baku obat dari luar negeri.Di sinilah letak permasalahannya. Pertama, yang namanya perusahaan selalu berusaha memaksimalkan keuntungan dan meminimalkan biaya.

Sehingga apabila tidak diatur oleh regulator, maka perusahaan tidak akan melakukan pengujian terhadap bahan baku meskipun ada kasus A, B, dan C yang sudah pernah terjadi pada bahan baku tersebut.Selain itu perusahaan cenderung akan melakukan hal kedua: menitip percaya.

Maksudnya?Ketika perusahaan membeli obat dari suatu supplier, dan supplier sudah mengeluarkan certificate of analysis yang menyatakan bahwa bahan baku obat x adalah bahan baku obat x, perusahaan paling kritispun cenderung hanya melakukan pengecekan apakah benar bahan baku obat x adalah bahan baku obat x.

Perihal apakah bahan baku obat x itu terkontaminasi oleh kontaminan y, z, perusahaan tidak akan melakukan pengecekan, karena selain tesnya berbeda, biayanya mahal, regulator tidak mempersyaratkan, buat apa melakukan hal percuma yang tidak bisa ditambahkan sebagai pertambahan nilai pada produk akhir.Laiknya hukum yang memberikan konsekuensi hanya setelah terjadi pelanggaran, certificate of analysis hanyalah merupakan pernyataan siapa yang bertanggung jawab apabila klaim dalam sertifikat tersebut terbukti salah.

Editor : Saridal Maijar
Sumber : 125482
Tag:
Bagikan

Berita Terkait
Terkini