Ayah Rudapaksa Anak Kandung di Padang, Dua Kali Beraksi Sejak 2020

×

Ayah Rudapaksa Anak Kandung di Padang, Dua Kali Beraksi Sejak 2020

Bagikan berita
Ilustrasi korban rudapaksa. (Foto: Mediapakuan)
Ilustrasi korban rudapaksa. (Foto: Mediapakuan)

Kata Sosiolog

Sosiolog dari Universitas Negeri Padang (UNP), Erian Joni menyebut, kasus ayah rudapaksa putri kandungnya sendiri di Solok dan Padang karena berbagai faktor.

Dia menyebut, kesulitan ekonomi bisa menjadi pemicu dan sangat bergantung pada ayah bisa melemahkan peran sosok ibu.Hal tersebut, katanya terus berlanjut di tengah menipisnya fungsi keluarga kaum di Sumbar, seperti peran Ninik Mamak (Paman).

“Akibatnya keluarga terlalu tertutup tanpa ada pendampingan dari pihak lain,” katanya.Erian mengungkapkan, fungsi perlindungan anak dalam keluarga lemah.

“Selain ayah, ibu dan orang terdekat juga harus terlibat mengawasi segala bentuk ancaman pada anak,” ucapnya.Dia menyebut, selain faktor ekonomi, kasus ayah rudapaksa anak kandung juga disebabkan dari berbagai sisi.

Dari sisi sosiologis, kasus rudapaksa ayah terhadap anak masuk dalam kategori kekerasan seksual dalam rumah tangga (KDRT) yang dilakukan orang terdekat.“Penyebabnya, karena hilangnya fungsi afeksi (kasih sayang) dan proteksi (perlindungan) orang tua pada anak,” katanya.

Kemudian, sisi hukum, rudapaksa masuk ke dalam kejahatan asusila lantan pemerkosaan dilakukan pada anak.“Sebagaimana diatur dalam tata hukum dan perundang-undangan yang berlaku,” katanya.

Di dalam masyarakat Minangkabau, rudapaksa seorang ayah terhadap anak disebut dengan ‘Apak Rutiang’.“Tindakan ini dianalogikan seperti ikan gabus yang memakan darah dagingnya sendiri,” ungkap Erian.

Selanjutnya, sisi humanistis, peristiwa tersebut sebagai dampak dari dekadensi moral lantaran lemahnya nilai agama, moral dan kemanusiaan.Dia melihat, rudapaksa termasuk kasus penyimpangan perilaku laten, namun hanya sedikit yang terungkap.

Penyebabnya, kejadian ini dianggap sebagai aib dan merusak nama baik keluarga, kampung dan sebagainya.Menurutnya, potensi kejahatan tersebut akan tetap berlanjut karena keluarga masa kini banyak yang mengalami multi-krisis, seperti krisis nilai atau moralitas. (KK)

Editor : Saridal Maijar
Sumber : 27257
Tag:
Bagikan

Berita Terkait
Terkini