Reykjavik di Islandia terpilih menjadi yang paling tidak membuat orang stres, disusul oleh Bern di Swiss, Helsinki Finlandia, Wellington Selandia Baru, dan Melbourne Australia.
Penilaiannya yang pertama berasal dari sektor pemerintah dalam meningkatkan inklusivitas di sebuah kota, seperti keselamatan dan keamanan, kesetaraan gender dan minoritas, dan stabilitas sosial-politik.
Faktor ini bisa dibentuk melalui kebijakan dan hukum setempat yang dapat berdampak pada mindset seseorang.
Selanjutnya, sektor lingkungan fisik menjadi juri selanjutnya. Seperti kepadatan kota, kadar polusi, pola cuaca, hingga tingkat kemacetannya.
VAAY juga memasukkan unsur finansial dalam kategori mereka. Semisal, bagaimana rasio pengangguran yang ada, struktur keamanan sosial, jumlah penghasilan yang didapat setelah pajak dan biaya akomodasi, dan lainnya.
Hal yang tidak ketinggalan, mereka juga menilai bagaimana kesehatan mental orang-orang yang tinggal di kota tersebut dan akses mereka terhadap layanan kesehatan.
Dari penilaian tersebut, Reykjavik berhasil mendapatkan nilai 100, khususnya di kategori kesetaraan gender, polusi udara, polusi suara, dan memiliki nilai yang cukup tinggi dalam respons Covid-19.
Artinya, kota itu sangat inklusif dan bagus untuk kesehatan mental para penghuninya.
Sementara, Jakarta Indonesia berada di urutan ke-92 dari 100 kota yang ada di daftar. Jakarta hanya memperoleh skor 41,8.
Jakarta juga memiliki nilai yang sangat rendah untuk kategori lingkungan dengan tingginya polusi udara, polusi suara, dan polusi cahaya yang ada.
Editor : Saridal MaijarSumber : 21853
