Download Teks Ceramah Khutbah Idul Adha 1443 H 2022 PDF, Pelajaran dari Kisah Nabi Ibrahim AS

×

Download Teks Ceramah Khutbah Idul Adha 1443 H 2022 PDF, Pelajaran dari Kisah Nabi Ibrahim AS

Bagikan berita
Ceramah Maulid Nabi Muhammad SAW
Ceramah Maulid Nabi Muhammad SAW
Artinya: Allah berfirman: “Dan kepada orang kafirpun, aku beri kesenangan sementara, kemudian aku paksa ia menjalani siksa neraka. Dan itulah seburuk buruk tempat kembali.” (QS. Al-Baqarah: 126) Hadirin Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan Allah; Idul Adha yang kita peringati saat ini, dinamai juga “Idul Nahr” artinya hari rara memotong kurban binatang ternak. Sejarahnya adalah bermula dari ujian paling berat yang menimpa Nabiyullah Ibrahim AS. Akibat dari kesabaran dan ketabahan Ibrahim dalam menghadapi berbagai ujian dan cobaan, Allah memberinya sebuah anugerah, sebuah kehormatan dengan Predikat atau gelar “Khalilullah” (kekasih Allah). Setelah titel Al-khalil disandangnya, Malaikat bertanya kepada Allah: “Ya Tuhanku, mengapa Engkau menjadikan Ibrahim sebagai kekasihmu. Padahal ia disibukkan oleh urusan kekayaannya dan keluarganya?” Allah berfirman: “Jangan menilai hambaku Ibrahim ini dengan ukuran lahiriyah, tengoklah isi hatinya dan amal bhaktinya!” Hadirin..Sebagai realisasi dari firmanNya ini, Allah SWT mengizinkan pada para malaikat menguji keimanan serta ketaqwaan Nabi Ibrahim. Ternyata, kekayaan dan keluarganya dan tidak membuatnya lalai dalam taatnya kepada Allah. Dalam kitab “Misykatul Anwar” disebutkan bahwa konon, Nabi Ibrahim memiliki kekayaan 1000 ekor domba, 300 lembu, dan 100 ekor unta. Riwayat lain mengatakan, kekayaan Nabi Ibrahim mencapai 12.000 ekor ternak. Suatu jumlah yang menurut orang di zamannya adalah tergolong milliuner. Ketika pada suatu hari, Ibrahim ditanya oleh seseorang “milik siapa ternak sebanyak ini?” maka dijawabnya: “Kepunyaan Allah, tapi kini masih milikku. Sewaktu-waktu bila Allah menghendaki, aku serahkan semuanya. Jangankan cuma ternak, bila Allah meminta anak kesayanganku Ismail, niscaya akan aku serahkan juga.” Ibnu Katsir dalam tafsir Al-Qur’anul ‘adzim mengemukakan bahwa, pernyataan Nabi Ibrahim yang akan mengorbankan anaknya jika dikehendaki oleh Allah itulah yang kemudian dijadikan bahan ujian, yaitu Allah menguji iman dan taqwa Nabi Ibrahim melalui mimpinya yang haq, agar ia mengorbankan putranya yang kala itu masih berusia 7 tahun. Anak yang elok rupawan, sehat lagi cekatan ini, supaya dikorbankan dan disembelih dengan menggunakan tangannya sendiri. Sungguh sangat mengerikan! Peristiwa spektakuler itu dinyatakan dalam Al-Qur’an:

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِين

Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Duhai anakku Sesungguhnya Aku melihat dalam mimpi bahwa Aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" ia menjawab: "Duhai Ayahku.. kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah ayah akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar". (QS Ash Shaffat [37]:102).

ALLOHU AKBAR..ALLOHU AKBAR..WALILLAHIL HAMD… Ketika keduanya siap untuk melaksanakan perintah Allah. Iblis datang menggoda sang ayah, sang anak, dan sang ibu silih berganti. Akan tetapi Nabi Ibrahim, Siti hajar dan Nabi Ismail tidak tergoyah oleh bujuk rayuan iblis yang menggoda agar membatalkan niatnya. Mereka tidak terpengaruh barang sedikitpun untuk mengurunkan niatnya melaksanakan perintah Allah. Nabiyulloh Ibrahim al kholil..Nabiyulloh Ismail AS beserta ibundanya yang Mulya Siti Hajar, dengan hati yang mantab dan tegar, melempar iblis dengan batu, mengusirnya pergi. Dan ini kemudian menjadi salah satu rangkaian ibadah haji yakni melempar jumrah. Hadirin Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan Allah, Ketika sang ayah belum juga mengayunkan pisau dileher putranya. Ismail mengira ayahnya ragu, seraya ia melepaskan tali pengikat tali dan tangannya, agar tidak muncul suatu kesan atau image dalam sejarah bahwa sang anak menurut untuk dibaringkan karena dipaksa, ia meminta ayahnya mengayunkan pisau sambil berpaling, supaya ayahnya tidak ragu dan tidak iba melihat wajahnya. Nabi Ibrahim memantapkan niatnya. Nabi Ismail pasrah bulat-bulat, seperti ayahnya yang telah tawakkal. Sedetik setelah pisau nyaris digerakkan, tiba-tiba Allah berseru dengan firmannya, menyuruh menghentikan perbuatannya tidak usah diteruskan pengorbanan terhadap anaknya. Allah telah meridloi kedua ayah dan anak memasrahkan tawakkal mereka. Sebagai imbalan keikhlasan mereka, Allah mencukupkan dengan penyembelihan seekor kambing sebagai korban, sebagaimana diterangkan dalam Al-Qur’an surat As-Saffat ayat 107-110:

وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ

“Dan kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.”

وَتَرَكْنَا عَلَيْهِ فِي الْآخِرِينَ

“Kami abadikan untuk Ibrahim (pujian yang baik) dikalangan orang-orang yang datang kemudian.”

سَلَامٌ عَلَى إِبْرَاهِيمَ

“Yaitu kesejahteraan semoga dilimpahkan kepada Nabi Ibrahim.”

كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ

“Demikianlah kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.” Menyaksikan tragedi penyembelihan yang tidak ada bandingannya dalam sejarah umat manusia itu, Malaikat Jibril kagum, seraya terlontar darinya suatu ungkapan “Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar.” Nabi Ibrahim menjawab “Laailaha illahu Allahu Akbar.” Yang kemudian disambung oleh Nabi Ismail “Allahu Akbar Walillahil Hamdu.’ Hadirin Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan Allah. Sadarkah kita, bahwa saat ini kita sedang di ajari oleh seorang anak dan ayahnya yang mulya.. tentang makna pengorbanan kepada Allah dalam segala hal di kehidupan ini, HADIRIN…Kata kurban dalam bahasa Arab berarti mendekatkan diri. Dalam fiqih Islam dikenal dengan istilah udh-hiyah, sebagian ulama mengistilahkannya an-nahr sebagaimana yang dimaksud dalam QS Al-Kautsar: (2), FASHOLLI LIROBBIKA WANHAR..“Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkorbanlah“ Akan tetapi, pengertian korban bukan sekadar menyembelih binatang korban dan dagingnya kemudian disedekahkan kepada fakir miskin. Akan tetapi, secara filosofis, makna korban meliputi aspek yang lebih luas. Dalam konteks sejarah, dimana umat Islam menghadapi berbagai cobaan, makna pengorbanan amat luas dan mendalam. Sejarah para nabi, misalnya Nabi Muhammad dan para sahabat yang berjuang menegakkan Islam di muka bumi ini memerlukan pengorbanan. Sikap Nabi dan para sahabat itu ternyata harus dibayar dengan pengorbanan yang teramat berat yang diderita oleh Umat Islam di Mekah ketika itu. Umat Islam disiksa, ditindas, dan sederet tindakan keji lainnya dari kaum kafir Quraisy. Rasulullah pernah ditimpuki dengan batu oleh penduduk Thaif, dianiaya oleh Ibnu Muith, ketika leher beliau dicekik dengan usus onta, Abu Lahab dan Abu Jahal memperlakukan beliau dengan kasar dan kejam. Para sahabat seperti Bilal ditindih dengan batu besar yang panas di tengah sengatan terik matahari siang, Yasir dibantai, dan seorang  ibu yang bernama Sumayyah, ditusuk kemaluan beliau dengan sebatang tombak. Tak hanya itu, umat Islam di MeKkah ketika itu juga diboikot untuk tidak mengadakan transaksi dagang. Akibatnya, bagaimana lapar dan menderitanya keluarga Rasulullah SAW. saat-saat diboikot oleh musyrikin Quraisy,   hingga beliau sekeluarga terpaksa memakan kulit kayu, daun-daun kering bahkan kulit-kulit sepatu bekas. ALLOHU AKBAR 3 X WALILLAHILHAMD… Hadirin Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan Allah, Tepatlah apabila perayaan Idul Adha menggugah kita untuk berkorban bagi negeri kita tercinta yang tidak pernah luput dirundung kesusahan. Dalam kondisi seperti ini sebenarnya kita banyak berharap dan mendoakan mudah-mudahan para pemimpin kita, elit-elit kita, dalam berjuang tidak hanya mengutamakan kepentingan pribadi dan kelompoknya, tapi untuk kepentingan bangsa dan negara. Pengorbanan untuk kepentingan orang banyak tidaklah mudah, berjuang dalam rangka mensejahterahkan umat memang memerlukan keterlibatan semua pihak. Hanya orang-orang bertaqwalah yang sanggup melaksanakannya. Oleh karena itu, seyogianya juga semua kita sebagai hamba Allah dan sekaligus sebagai rakyat dituntut untuk mentaati segala ketentuan yang datang dari Allah swt, dalam kondisi suka atau duka, berat atau ringan, lapang atau susah, bahkan dalam kondisi apapun merupakan keharusan untuk berkomitmen taat atau loyal kepada perintah-Nya, sebagaimana dalam firman-Nya:

إِنَّمَا كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَنْ يَقُولُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

“Sesungguhnya jawaban oranG-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan Rasul-Nya agar Rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan. "Kami mendengar, dan Kami patuh", dan mereka Itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. An Nur [24]:51). Ketataan itu tidak saja dipentaskan Nabi Ibrahim as ketika mendapat nikmat atau tatkala dihari tuanya, namun loyalitas itu telah lahir sejak masih muda sampai akhir hayatnya. Hal ini dapat dilihat dari potret kisah tentang menghancurkan berhala yang dilakukan Nabi Ibrahim as saat masih muda belia dan bandingkan dengan pelaksanaan perintah menyembelihan putranya Ismail yang saat itu Nabi ibrohim sudah tua namun tetap beliau laksanakan dengan ikhlas dan patuh kepada Alloh Robbul Alamin.. Allahu Akbar 3x walillahilhamd. Kaum Muslimin Yang Dimuliakan Allah swt. Nabi Ibrahim AS sangat khawatir bila tidak ada generasi baru yang akan melanjutkan keberlangsungan penanaman dan penyebaran nilai-nilai yang Islami karenanya ia mendambakan anak, tidak semata-mata untuk melanjutkan keturunan apalagi hanya ingin sekedar mewariskan harta dan tahta. Namun semata-mata ingin melanjutkan misi perjuangan kemanusian yang Islami, saat ketika usianya memasuki usia renta kekhawatiran itu semakin dalam yang membuatnya harus menikah dengan Siti Hajar sehingga lahirlah anak yang diberi nama dengan Ismail. Bahkan dari Siti Sarah pun yang sudah tua lahir anak yang diberi nama dengan Ishak, sehingga Nabi Ibrahim as bersyukur atas karunia Allah swt, sebagaimana dalam lantunan do’anya:

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي وَهَبَ لِي عَلَى الْكِبَرِ إِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ إِنَّ رَبِّي لَسَمِيعُ الدُّعَاءِ (٣٩)رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلاةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ (٤٠)

“Segala puji bagi Allah yang Telah menganugerahkan kepadaku di hari tua (ku) Ismail dan Ishaq. Sesungguhnya Tuhanku, benar-benar Maha mendengar (memperkenankan) doa. Ya Tuhanku, jadikanlah Aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, Ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku.”(QS. Ibrahim [14]:39-40) Allahu Akbar 3x walillahilhamd. Kaum muslimin ROHIMAKUMULLOH…. Mudah-mudahan perayaan Idul Adha kali ini, mampu menggugah kita untuk rela berkorban demi kepentingan agama, bangsa dan negara amiin ya robbal alamin.

أعُوْذُبِاللهِ مِنَ الشَّيْطنِالرَّجِيْمِ. بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِالرَّحِيمِ. إِنَّا أَعْطَيْنَاكَالْكَوْثَرَ فَصَلِّ لِرَبِّكَوَانْحَرْ إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ

بَارَكَاللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِوَنَفَعَنِيوَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِوَتَقَبَّلْمِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنّهُ هُوَ السَّمِيْعُاْلعَلِيْمُفَاسْتَغْفِرُوْا اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Editor : Saridal Maijar
Sumber : 89533
Tag:
Bagikan

Berita Terkait
Terkini