- Produk Otomotif
Perusahaan produsen mobil Peugeot dan Renault, juga terkena imbas aksi boikot produk Prancis di Turki. Padahal, Renault sendiri masuk dalam daftar mobil terlaris di negara tersebut.
Turki bahkan menjadi pasar terbesar kedelapan Renault, dengan 49 ribu kendaraan yang terjual di semester pertama tahun ini. Apalagi Renault memiliki pusat produksi besar di Turki, dengan kapasitas produksi tahunan yang hampir mencapai 400 ribu mobil.
- Produk Makanan
Perusahaan Wajbah Dairy di Qatar dan beberapa makanan di negara Timur Tengah, seperti Kiri, President, La Vache Qui Rit, dan Kraft tidak diedarkan sampai pemberitahuan lebih lanjut.
Di Kuwait, dewan direksi Al-Naeem Cooperative Society juga memutuskan untuk menarik semua produk Prancis dari supermarket di negara tersebut.
- Produk Fashion
Brand mewah seperti Cartier, Louis Vuitton, Chanel, Yves Saint Laurent, dan Dior diyakini akan mengalami kemerosotan, jika ekspornya ke negara mayoritas Muslim terhambat.
Baca juga : Pembunuhan Guru Di Prancis, Presiden Prancis Sebut Warganya Diserang Dengan Eksentrik
Pengamat ekonomi sekaligus Dosen Perbanas Institute, Piter Abdullah memastikan gerakan boikot produk Prancis tidak berpengaruh banyak kepada Indonesia.
Alasannya, produk asal Indonesia belum tepat untuk dijadikan, pengganti barang-barang Perancis yang kerap digunakan sebagai gaya hidup. Seperti tas Hermes yang kedapatan digemari oleh istri Erdogan, Emine Erdogan.
"Peluang selalu ada. Tanpa adanya gerakan boikot pun peluang Itu ada. Tapi produk-produk kita tidak banyak yang bisa menjadi substitusi produknya Perancis, makanya kita tidak punya banyak peluang untuk memanfaatkan gerakan boikot terhadap produk Prancis," kata Piter seperti dikutip Jumat (30/10/2020).
Menurut dia, seharusnya Indonesia sudah memanfaatkan peluang pasar produk-produk halal, jauh sebelum terjadinya boikot terhadap produk Prancis saat ini.
Editor : Saridal MaijarSumber : 1446