Kesehatan - Semakin bebasnya penyuaraan pendapat lewat daring, maka beragam pula jenis komentar yang diketik. Mulai dari komentar negatif, pembullyan, hingga teror anonim.
Baca juga : Single “Atu Tutuh Tatih Tayang” Ayu Trending di You Tube
Menurut psikolog Ayoe Sutomo, penilaian atau komentar negatif terhadap seseorang adalah stimulus utama, yang bisa mengganggu kesehatan psikologis orang. Tak terkecuali komentar di media sosial.
“Setiap orang akan rentan terhadap komentar tertentu dari aktivitas bermedia sosial, apalagi isi komentar yang buruk atau menjelek-jelekkan,” kata Ayoe, pada Jumat (22/11).
Ayoe menambahkan, peluang pendapat negatif untuk menyakiti perasaan seseorang atau tidak, dipengaruhi oleh faktor kondisi psikologis masing-masing orang. Meski begitu, Ayoe membenarkan bahwa kontak melalui media sosial, merupakan interaksi yang cenderung merusak kesejahteraan hidup kalangan dewasa muda.
“Itu bisa jadi hal yang bertentangan dengan, manfaat dari pertemuan secara langsung. Jadi komunikasinya yang seharusnya bisa lebih terbuka, bisa menjadi termanipulasi di media sosial,” katanya lagi.
Ben Jacobs, seorang DJ yang punya lebih dari 5.000 pengikut di Twitter, memutuskan untuk break dari media sosial tersebut pada Januari 2016.
“Twitter membuat saya gelisah dari waktu ke waktu dan, membuat saya berpikir tentang apa yang diutarakan ribuan orang tak dikenal. Saya seperti tidak kenal diri sendiri,” tuturnya.
Semenjak sign out dari Twitter, lanjut Ben, ia punya lebih banyak waktu untuk melakukan kegiatan lainnya.
“Tidak ada lagi momen seperti terbangun pukul tiga pagi penuh keringat dingin,” tutupnya.
Editor : Saridal MaijarSumber : 1207