PAYAKUMBUH - Itiak atau Bebek saat ini menjadi salah satu icon kota Payakumbuh, Sumatera Barat. Itiak atau bebek adalah binatang sejenis burung air masuk spesies Anatidae. Di Luak Limopuluah dari dahulu sudah cukup dikenal dengan petani peternak itiknya.
Di Payakumbuh pacu ternak itik ini memiliki makna penting dan sejarah yang harus dijaga dan terus dikembangkan. Sejarah, Makna dan Filosofi yang Terkandung dalam kegiatan Pacu itiak bermula dari tahun 1926.
Kala itu ada seorang petani bernama Burahan yang memiliki Itiak, tepatnya di Nagari Air Tabik Kelurahan Sicincin Mudik, Kecamatan Payakumbuh Timur.
Baca juga : Sijago Merah Mengamuk di Simpang Haru, 1 Orang Alami Luka Bakar
Merasa heran dengan Itiak yang dimilikinya yang bisa terbang, padahal Itiak ini adalah Itiak petelur. Burahan mencoba memperhatikan Itiaknya dari hari kehari, selalu suka terbang dan terbang. Lalu Burahan menceritakan tentang Itiaknya yang bisa terbang ke teman-temannya yang lain.
Namun tak ada satupun yang percaya. Keesokan harinya Burahan mengajak temannya itu ke sawah untuk melihat Itiaknya, maka terlihatlah kawanan Itiak yang terbang dari sawah ke sawah. Setelah itu, mereka mencoba mengambil Itiak dan menerbangkannya dari atas bukit.
Terdapatlah beberapa beberapa perbedaan dari bentuk, jenis, dan ciri-ciri Itiak yang bisa terbang tersebut, setelah Burahan dan temannya mencoba mengambil jenis Itiak yang lain dan diterbangkan. Ternyata jenis Itiak lain tidak bisa terbang, selain Itiak petelur.
Timbullah ide dari Burahan untuk menerbangkan Itiak tidak lagi di sawah, melainkan di jalan perkampungan masyarakat, ternyata Itiak tetap bisa terbang dengan baik. Burahan dan temannya mencoba mengadakan Pacu Itiak seadanya lalu mengenalkan kemasyarakat tentang kegiatan ini.
Baca juga : Pekan Sagu Nusantara 2020, Yudas Sabaggalet: Sagu Makanan Pokok Warga Mentawai Turun Temurun.
Tepat pada tahun 1928 dari hasil uji coba pacu Itiak dari atas bukit, dan dari sawah kesawah lalu dibawa ke jalan besar, maka diadakanlah lomba Pacu Itiak pada acara-acara besar yang ada di nagari, seperti Alek Nagari, Pernikahan, Batagak Rumah Gadang, dan alek nagari lainnya yang di iringi dengan pantun-pantun adat dan gurindam.
Editor : Saridal MaijarSumber : 1002