Apakah Penyakit Stiff Person Syndrome Celine Dion Bisa Sembuh? Simak Gajala dan Penyebabnya

×

Apakah Penyakit Stiff Person Syndrome Celine Dion Bisa Sembuh? Simak Gajala dan Penyebabnya

Bagikan berita
Celine Dion (foto: ABC News/HerStory)
Celine Dion (foto: ABC News/HerStory)

KLIKKORAN.COM - Penyanyi asal Canada yang bernama Celine Dion mengaku bahwa dirinya tidak bisa kendalikan otot, karena Stiff person syndrome.

Seperti yang diketahui, bahwa pemilik nama asli Céline Marie Claudette Dion tersebut memang sudah didiagnosa terkena penyakit Stiff person syndrome.

Namun ketika usianya tak lagi muda yang tahun ini sekitar 55 tahun, ia kini semakin kesusahan dan bahkan sampai membatalkan konsernya untuk tahun 2023 dan 2024.

Tentu hal ini membuat para penggemar khawatir, namun apasih sebenarnya yang disebut dengan Stiff person syndrome beserta gejala dan bagaimana tahapan pengobatannya?

Apakah diva dunia tersebut bisa sembuh dari penyakit yang diderita?

Gejala Stiff person syndrome

Menurut postingan artikel Halodoc, penderita Stiff person syndrome cendrung merasa kaku otot bagian badan dan perut hingga pada kondisi sulit berjalan hingga rentan cedera yang cukup ekstrem.

Penderita kemungkinan akan membungkuk karena kejang otot hingga terjadi masalah sensorik lain seperti kepekaan terhadap cahaya, kebisingan dan suara. Pada kondisi tertentu, pengidap akan bisa langsung jatuh saat berdiri.

Sehingga, kejang otot hingga patah tulang akan sangat mungkin terjadi. Apalagi jika kondisi si penderita sedang cemas atau pun stres, bahkan jika ada sentuhan mendadak bisa memicu kejang tidak disengaja. Tidak hanya itu, perkembangan potensi emosi juga cukup mempengaruhi.

Jika tidak segera ditangani atau berobat ke dokter, penderita bisa menderita diabetes tipe 1 dan terserang penyakit tiroid autoimun serta vitiligo hingga Anemia pernisiosa & Penyakit celiac. Apalagi pada penderita dengan umur di atas 40 tahunan, kondisi ini sangat rentan terjadi.

maka dari itu, jika memiliki gejala di atas, dokter akan melakukan tes darah antibodi dan melakukan Elektromiografi (EMG) untuk mengukur aktivitas listrik pada otot hingga Pungsi lumbal (kerang tulang belakang) untuk identifikasi keberadaan antibodi.

Editor : Fathia
Bagikan

Berita Terkait
Terkini